Membidik Pekerjaan yang ‘Dicari Tapi Susah Terisi’

Kamis , 18 November 2021 15:50 WIB
Membidik Pekerjaan yang ‘Dicari Tapi Susah Terisi’

Tahukah kamu, pekerjaan apa yang dicari di pasar kerja tapi susah terisi? Kenapa susah terisi? Karena jumlah pelamar dengan kualifikasi yang tepat jauh lebih sedikit daripada yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bekerjasama dengan Bank Dunia pada tahun 2019 melaporkan hasil kajian berisi daftar 35 jenis pekerjaan di Indonesia yang punya karakteristik seperti itu, atau disebut sebagai Critical Occupation List (COL).

Tujuan penyusunan COL ini untuk mengurangi terjadinya mismatch atau ketidaksesuaian antara lulusan pendidikan dan kebutuhan industri yang masih menjadi permasalahan dalam pembangunan SDM di Indonesia.

Mengutip Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS tahun 2015 yang diolah oleh lembaga Demografis Universitas Indonesia,  saat ini sekitar 53,3% pekerja  memiliki latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan pekerjaannya. Hal ini menunjukkan bahwa arah pendidikan maupun pelatihan di Indonesia masih perlu diupayakan agar sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.

Sebanyak 35 jenis pekerjaan yang masuk dalam COL  mewakili berbagai sektor seperti manufaktur, telekomunikasi dan IT, layanan akomodasi dan makanan, konstruksi, serta jasa profesional lainnya.

“Hasil kajian COL ini dapat menjadi dasar perumusan berbagai kebijakan oleh pemangku kepentingan, terutama terkait pendidikan, pelatihan, upaya-upaya aktif dalam meningkatkan keterampilan pekerja dan juga sebagai jembatan antara supply dan demand tenaga kerja,” kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM Kemenko Perekonomian, Rudy Salahuddin.

Di dunia internasional, COL telah digunakan untuk menyusun kebijakan pendidikan dan migrasi tenaga kerja yang menangani kesenjangan keterampilan.

Selain itu COL juga digunakan untuk menentukan investasi program pelatihan, insentif pemagangan serta keterampilan-keterampilan mana saja yang harus dikembangkan oleh pencari kerja untuk meningkatkan nilai mereka di pasar tenaga kerja, sehingga mismatch dapat terus diperkecil ke depannya.

Jadi, apa aja sih pekerjaan-pekerjaan kritis itu?

Percaya atau tidak, sopir truk besar termasuk salah satu jenis pekerjaan yang sulit diisi. Banyak sopir sudah tua, atau asal bisa mengemudi, alias tidak pernah ikut pelatihan spesifik truk besar. Padahal makin ke sini, kebutuhan akan infrastruktur penyediaan logistik makin penting sejalan dengan tumbuhnya ekonomi.

Nah, masih terkait logistik, manajer gudang, logistik, dan orang yang ngerti urusan kepabeanan, juga termasuk yang paling dicari. Demikian juga dengan manajer pasokan dan distribusi. Ditarik ke hulu, rupanya orang-orang sourcing atau pencari bahan baku—apakah itu pertanian, perkebunan, dan lainnya—juga susah didapat.

Hal lain yang menggelitik di laporan ini adalah, meski banyak orang menganggap Indonesia penghasil kelapa sawit dan coklat yang cukup besar, tapi ternyata, pelaku usaha di sektor ini sangat kesulitan mencari manajer pertanian dan perkebunan sampai dengan petani yang terampil memanen kelapa sawit dan coklat dengan praktik yang ramah lingkungan.

Selain itu, petani padi dan sayur/buah/bunga organik yang paham praktik pertanian berkelanjutan juga sulit didapat. Padahal, harga produk organik jauh lebih tinggi. Jadi, kalau kalian menguasai keahlian ini, tentu pendapatannya akan meningkat, karena bukan sekedar bertani.

Apa lagi? Well, semua yang terkait IT dan jaringan, langka di republik ini. Jadi, buat kamu yang ambil pelatihan pengembangan aplikasi, mobile app, backend, web developer, software engineer, programmer, solusi cloud, desainer UI/UX, sistem komputer, jaringan, operasi, data science, big data, business intelligence, don’t worry. Kalian bakal diburu!

Sejurus dengan permintaan akan ahli IT dan jaringan yang naik tajam, permintaan akan profesional di bidang hukum, keuangan/perbankan (treasurer, broker, dealer) dan asuransi (aktuaria, underwriter) meningkat. Kenapa? Karena pendapatan per kapita kita naik, permintaan akan jasa legal/hukum dan keuangan naik.

Temuan yang menarik lainnya, adalah tenaga pemasaran dan penjualan. Meskipun di berbagai iklan lowongan selalu menempati posisi tertinggi, namun manajer area, cabang, dan regional untuk ritel susah didapat. Tak hanya itu. Manajer branding maupun PR juga sought after alias laris manis dicari.

Di hari internet begini, ahli pemasaran digital dan BDO juga dibutuhkan sekali; kemudian jasa pembuatan desain brand, kemasan, iklan, ide, hingga produk diperdagangkan lintas batas negara. Akibatnya, orang yang jago computer aided design (CAD), desain grafis, desain layout, sampai animator dicari.

Namun, tidak semua yang pakai komputer atau mesin adalah yang sulit dicari. Menurut kajian Bank Dunia, penenun dan pengrajin batik termasuk yang susah didapat. Mungkin karena sudah banyak yang tua, dan yang muda lebih tertarik terjun ke bidang yang lain.

Padahal, batik tulis, apalagi dengan pewarna alami, harganya mehong! Kelas sultan yang beli. Tenun juga sama. Penggemar produk handmade, eksklusif, dan rustic ini pasti ada. So, gak ada salahnya kamu tekuni segmen pasar ini seraya melestarikan warisan budaya nenek moyang kan?

Hasil penelitian Bank Dunia ini juga sepertinya mengungkap alasan kenapa kualitas SDM di Indonesia rendah. Karena rupanya, orang yang punya keahlian mengembangkan kurikulum pendidikan, langka di negara kita.

Manajer senior SDM di perusahaan juga langka. Fenomena ini menunjukkan ada mismatch antara supply-demand, mengingat jumlah lulusan lembaga pendidikan keguruan dan jurusan manajemen di universitas begitu banyak.

Last but not least, pekerja industri manufaktur dan teknik. Yang paling susah didapat adalah orang yang ahli kalibrasi, lingkungan, konstruksi, infrastruktur (sampah, drainase, jalan), quality control, perencanaan, ahli kimia/biokimia dan biologi, K3, surveyor, hingga teknisi mesin gambar, pembangkit, perakitan logam dan perkapalan. Tukang las pun termasuk yang sulit dicari; namun bukan untuk nge-las pagar, melainkan dalam air.

Sebagai seorang yang bersiap untuk ‘bertarung’ di pasar tenaga kerja, tentu akan sangat penting jika kita tahu bagaimana kondisi di medan pertempuran.

Dengan memiliki kompetensi yang tepat untuk posisi yang tepat -banyak kebutuhan tersedia namun minim pelamar berkualifikasi memadai- peluang untuk terpilih sebagai pemenang akan semakin besar.

Selamat mempersiapkan diri menjadi sumber daya manusia unggul Indonesia dan menang dalam persaingan tingkat lokal maupun global!

Halo, sobat Prakerja.

Pilih menu berikut

Halo, sobat Prakerja.

Pilih menu berikut

Icon telpTelepon Kami (Gratis)Icon livechatLive ChatIcon sendForm Pengaduan