Gandeng UMM, Kartu Prakerja Tingkatkan Kolaborasi dengan Kampus Pantau Pelatihan

Artikel Acara


Gandeng UMM, Kartu Prakerja Tingkatkan Kolaborasi dengan Kampus Pantau Pelatihan

Acara Kartu Prakerja 24 Mei 2021 2 Menit Baca
Gandeng UMM, Kartu Prakerja Tingkatkan Kolaborasi dengan Kampus Pantau Pelatihan

Program Kartu Prakerja kembali menambah satu perguruan tinggi dalam ekosistem kemitraannya. Kali ini, Kartu Prakerja menggandeng Universitas Muhammadiyah Malang melalui Perjanjian Kerja Sama ‘Pemantauan Pelatihan Secara Daring pada Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja yang resmi ditandantangani pada 9 April 2021.

Salah satu tujuan dari perjanjian ini untuk memastikan kualitas pelatihan yang diselenggarakan secara online sesuai standar serta memantau pelaksanaan pelatihan.

Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Permenko) No 11 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja. Permenko No 11 Tahun 2020 pasal 32 ayat 4 mengatur tentang pelibatan ahli oleh Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja dalam melakukan asesmen terhadap pelatihan yang akan masuk dan ditawarkan dalam ekosistem Kartu Prakerja.

“Kami bangga terlibat dalam kerja sama ini dengan harapan dapat memantau terselenggaranya seluruh pelatihan yang berada dalam ekosistem Program Kartu Prakerja serta membantu tersedianya data dan informasi hasil pemantauan sebagai acuan bagi Manajemen Pelaksana dalam menyusun pelaporan dan tindak lanjut apabila ditemukannya pelanggaran sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” kata Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Malang, Nur Subekti.

Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama juga disertai kuliah tamu bertema ‘Prakerja dan Tantangan Kerja di Masa Depan’ dengan narasumber Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari.

Pada kesempatan ini, Denni Purbasari memaparkan profil 135 juta angkatan kerja kita yang 90 persen di antaranya sama sekali belum pernah mengikuti pelatihan bersertifikat. Dari jumlah itu, 7 juta orang di antaranya merupakan pengangguran, dengan 91 persen pengangguran di antaranya belum pernah mengikuti pelatihan bersertifikat.

“Karena besarnya jumlah angkatan kerja kita yang belum pernah mengikuti pelatihan untuk meningkatkan skill itulah, maka tidak logis kalau Kartu Prakerja hanya menyasar hanya pengangguran. Kerja itu sangat dinamis. Mereka yang bekerja sekalipun harus terus meningkatkan keterampilan” kata Denni.

Doktor ekonomi lulusan University of Colorado at Boulder ini juga menekankan masalah utama dari ketenagakerjaan di Indonesia ada dua yakni terbatasnya lapangan kerja dan skill gap.

“Organisasi Perburuhan Dunia (ILO) menyebut bahwa 22 persen anak muda di Indonesia tergolong dalam Not in Employment, Education or Training (NEET). Hal ini masih ditambah adanya 2 juta angkata kerja baru lulusan SMA setiap tahunnya,” kata Denni.

Di sinilah, kata Denni, pemerintah memiliki peran melakukan skilling, reskilling dan upskilling melalui Program Kartu Prakerja.

“Terbukti, Kartu Prakerja mendorong kebekerjaan dan kewirausahaan. Sebanyak 35 persen penerima Kartu Prakerja yang semula menganggur menjadi bekerja atau berwirausaha,” urainya.

Data Bank Dunia pada 2021 juga menyebut bahwa Kartu Prakerja memberi bantuan tunai terbanyak pada UKM online.

Banner image laporan 2023