Soft Skill Mengalahkan Hard Skill dalam Kebutuhan Pasar Kerja 2023

Artikel Insight


Soft Skill Mengalahkan Hard Skill dalam Kebutuhan Pasar Kerja 2023

Insight Kartu Prakerja 22 April 2024 3 Menit Baca
Soft Skill Mengalahkan Hard Skill dalam Kebutuhan Pasar Kerja 2023

Sejak dulu kita sudah terbiasa memiliki pandangan bahwa kalau mau sukses harus mahir dalam hal-hal teknis. Tapi realitasnya saat ini, banyak pekerjaan teknis yang sudah digantikan oleh teknologi yang secara langsung berkompetisi dengan sumber daya manusia. Untuk bisa bersaing, seorang pencari kerja harus dapat mengidentifikasi keterampilan apa yang saat ini dibutuhkan di organisasi atau perusahaan di Indonesia.

Direktur Pemantauan dan Evaluasi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Cahyo Prihadi menyampaikan pesan itu saat menjadi narasumber kuliah umum di Sekolah Tinggi Teknologi (STITEK) Bontang, Jumat, 30 September 2022.

Cahyo memaparkan setidaknya empat kemampuan soft skill yang harus dimiliki angkatan kerja kita untuk berkompetisi di pasar kerja.

“Pertama, Anda direkrut bukan semata karena Anda pintar, tapi karena bisa memecahkan masalah dengan kreatif, inisiatif, kritis dan inovatif dengan mempertimbangkan berbagai aspek sebelum mengambil keputusan. Buat apa punya IPK tinggi, kelihatan pintar, tapi tak bisa memecahkan masalah dengan cepat,” kata Cahyo.

Kedua, bagaimana Anda bisa melakukan Manajemen Diri yang baik. Kemampuan untuk mengatur emosi, daya tahan, toleransi stress terhadap faktor eksternal dan internal.

Setelah selesai dengan diri sendiri, kita lanjut ke kemampuan untuk bekerja sama dengan Pihak Lain. Di sini kamu melatih kemampuan untuk mendengarkan, berkomunikasi hingga menjadi pemimpin dalam kelompok kerja kecil.

“Keterampilan berkomunikasi sangat penting, karena ini berhubungan bagaimana kita bisa mempromosikan diri sehingga bisa diterima oleh perusahaan,” jelasnya.

Terakhir, Penggunaan dan Pengembangan Teknologi. Banyak pekerjaan manual yang bisa ditransformasi dengan teknologi., Kemajuan teknologi sudah memberikan akses kemudahan untuk kita dari sisi implementasi, pengawasan, kontrol serta analisa dan evaluasi dalam beberapa klik saja.

Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, dari 144 juta orang angkatan kerja Indonesia, dengan jumlah pengangguran mencapai 8,4 juta orang, 83 persen di antaranya belum pernah mengikuti pelatihan.

“Studi Bank Dunia mengungkapkan bahwa sekitar 64 persen pekerja menempatkan pendidikan dan pelatihan pada urutan ke-10 dari 10 prioritas kebutuhan mereka. Hal ini menjadi tantangan besar untuk kita karena supply pasar tenaga kerja jadi tidak memiliki kualitas yang cukup untuk bersaing” urai Cahyo.

Sementara itu, dari sisi perusahaan, hanya 44 persen perusahaan yang memberikan pelatihan kepada pekerjanya. Alasan utamanya, perusahaan tidak melihat adanya kebutuhan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan. Bagi perusahaan, pendidikan dan pelatihan bagi karyawan ada di peringkat keenam dalam daftar kebutuhan.

Pada konteks inilah, Kartu Prakerja hadir untuk memperlengkapi kebutuhan angkatan kerja Indonesia. Diinisiasi Presiden Jokowi pada 24 Februari 2019 di Sentul, program ini bertujuan meningkatkan skill angkatan kerja kita. Lebih dari dua tahun berjalan sejak gelombang pertama diluncurkan April 2020, Kartu Prakerja menjangkau 14,9 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia.

“Dengan lebih dari 1.100 pelatihan dari 185 lembaga pelatihan, Kartu Prakerja mempertemukan kebutuhan industri dengan meningkatkan kompetensi angkatan kerja lewat pelatihan vokasi. Misalnya permintaan industri yang butuh tenaga marketing, administrasi, akuntansi, desain, sampai teknologi informasi,” kata Cahyo.

Di akhir kuliah, Cahyo Prihadi memberi pesan kepada para mahasiswa untuk tidak ragu berinvestasi meningkatkan keterampilan. “Zaman terus berubah, karena itu usahakan agar skill yang kalian miliki tetap relevan. Pilih pelatihan yang membantu meningkatkan posisi tawar di dunia kerja,” harapnya.

“Saya banyak mendapat wawasan baru, terutama untuk pengembangan pemasaran usaha saya agar bisa menjangkau market lebih luas,” kata Irma Yulia mahasiswi Semester I Program Studi Teknik Informatika yang sudah berwirausaha menjual kripik pisang dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Ketua STITEK Bontang Hardianto mengapresiasi kuliah umum di kampusnya. “Sebuah kebanggaan bagi kami bisa mendapat transfer pengetahuan langsung dari Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja. Saya percaya bekal yang disampaikan ini akan memotivasi mahasiswa untuk optimistis bersaing di pasar kerja selepas kuliah,” kata Hardianto.

Banner image laporan 2023